Kesetiaan Dan Pengorbanan Cinta
haii gw rizal udah lama ni ga update cerita maap yak hehe, kali ini gw mau share cerita nih tapi kali ini ceritanya sudut pandang orang ketiga,meskipun gw tetap ada dalam cerita cekidott
Sudah hampir dua jam Ita mondar-mandir mengelilingi kamarnya, gadis ini terlihat sangat gelisah. Berulang kali dia melirik hp kecil yang ada di tempat tidurnya, tapi tak ada satu pun pesan masuk yang tampak di hp itu.
“Kamu kemana, sih? Kok sms ku nggak di balas-balas” gerutu Ita sambil memencet nomer telepon dengan cepat.
Sebelum Ita sempat menelpon, sebuah SMS masuk dan di layar ponsel itu tertulis My Prince. Secepat kilat dia membuka SMS itu lalu membacanya dengan tidak sabar. Ternyata orang yang selama ini dia tunggu itu baru saja selesai bertanding dalam turnamen basket. Setelah membalas SMS itu, Ita memejamkan matanya untuk tidur, karena malam telah larut.
Keesokan harinya...
Seperti biasa, Ita selalu mengirimkan ucapan selamat pagi pada kekasihnya sebelum dia berangkat kuliah. Namun, hatinya kembali tak tenang ketika sang kekasih belum juga membalas SMS-nya hingga sore hari. Berkali-kali dia mengirimkan SMS, hingga akhirnya balasan yang ditunggu datang.
-aku udah solat dan makan kok-
Ita langsung membalas SMS itu, tapi setelah beberapa kali SMS-an, dia merasa ada yang aneh dengan pesan dari kekasihnya itu. Hingga akhirnya dia tahu kalau ternyata yang membalas SMS itu bukanlah dito pacarnya, tapi temannya denova. Hal itu membuat Ita sangat marah dan tidak membalas SMS itu lagi. Dia berharap pacarnya akan menghubunginya dan meminta maaf langsung padanya.
Tapi pertengkaran itu malah berlanjut hingga malam hari. Meskipun Dito telah meminta maaf, tapi Ita masih juga kesal dengan sikap Dito yang tidak mau membalas SMS-nya. Dan malam itu pun berakhir tanpa ada SMS dari keduanya.
Pertengkaran kedua pasangan itu berakhir dengan kata putus yang dikirimkan lewat SMS oleh Dito. Hal itu membuat Ita yang sejak awal sudah sedih akhirnya menangis di depan sahabat-sahabatnya. Dia tidak menyangka pacar yang selama ini sangat dicintainya ternyata tega memutuskan hubungan mereka begitu saja. Namun, setelah mendengar alasan Dito yang sudah merasa tidak nyaman lagi dengan dia, Ita akhirnya menerima keputusan itu dengan hati yang hancur.
Malam harinya, Ita yang masih stres dengan kenyataan yang menyakitkan itu mendadak jatuh sakit. Tubuhnya demam dan kadang dia menggigil. Dia berharap Dito akan menghubunginya dan bilang kalau mereka tidak jadi putus. Tapi harapan itu, hanya menjadi harapan semata, karena tak satu pun SMS dari Dito yang masuk ke hp-nya.
* * *
Sudah hampir seminggu Ita sakit, hingga akhirnya dia harus di rawat di rumah sakit. Tapi kondisinya belum juga membaik. Maag yang selama ini di deritanya ternyata sudah sangat parah hingga menimbulkan pendarahan. Dokter pun mengatakan kalau salah satu faktor yang menyebabkan penyakit Ita semakin parah adalah stres yang dialaminya hingga membuat kondisi tubuhnya menurun.
Rizal, sahabat laki-laki Ita yang paling mengerti keadaan Ita hanya bisa menatap iba tubuh sahabatnya yang sekarang terkulai lemah diatas tempat tidur. Wajahnya pucat dan tubuhnya smakin kurus .Rizal sangat mengerti perasaan Ita yang merasa sangat kehilangan Dito kekasihnya. Kadang samar-samar dia mendengar Ita menyebut nama Dito dalam tidurnya, dan hal itu membuat Rizal menangis, tak sanggup melihat penderitaan yang di rasakan oleh adiknya itu.
“Ta, gmn keadaan lu sekarang?” tanya Rizal ketika Ita baru saja bangun.
“Alhamdulillah udah mendingan, udahlah nggak usah cemas gitu” jawab Ita, wajahnya terlihat pucat.
“Lu masih mikirin Dito, ya?”
“Maksudnya?”
“Dari kemarin gw denger lu manggil nama Dito pas lagi tidur. lu kepikiran dia lagi?” tanya Rizal cemas.
“Iya, gw kangen sama dia. Apa dia ngehubungin gw zal?” jawab Ita.
“Setahu gw, sih, belum ada SMS ataupun telepon dari dia. Kenapa?”
“Enggak apa-apa, cuma mau tahu aja dia peduli atau nggak” jawabnya, wajahnya terlihat sedih.
“Apa perlu gw telepon dia untuk kasih tahu keadaan lu?”
“Enggak usah, biarin aja”
Rizal hanya bisa diam mendengar jawaban sahabatnya itu. Rasa kagum dan sedih bercampur di hatinya. Kagum akan ketegaran sahabatnya itu, tapi sedih melihat penderitaan yang harus dialami Ita. Rizal tahu di saat sakit seperti itu, pasti Ita ingin Dito ada bersamanya, dan nggak meninggalkannya seperti ini.
Hampir tiga minggu Ita di rawat di rumah sakit, dan selama itu juga Rizal selalu memperhatikan perkembangan kesehatan sahabatnya itu. Setiap kali Ita merasa sakit di tubuhnya ataupun tubuhnya demam, Ita selalu mendengarkan sebuah lagu ciptaan Dito, mantan kekasihnya. Dan seperti mukjizat, keadaan Ita perlahan membaik setelah mendengar lagu itu. Rizal akhirnya mengerti kerinduan Ita pada Dito sangatlah besar hingga menyiksa seluruh tubuhnya bukan hanya hatinya.
Hingga suatu hari, tanpa sepengetahuan Ita, Rizal menelpon Dito yang ada di luar kota. Dia menceritakan keadaan Ita pada cowok itu, dan dia juga meminta Dito untuk datang menemui Ita. Tapi, Dito masih belum juga mau menemui Ita.
“gw mohon sama lu, Ita butuh lu. please datang ke Jakarta dan temui Ita walaupun hanya sebentar” ucap Rizal.
“gw belum bisa nemuin dia, lagipula kehadiran gw malah bisa membuat dia semakin sakit” jawab Dito.
“Skali aja, please temui dia. Mungkin dengan bertemu sama lu dia bisa sembuh. Atau lu akan menyesal” paksa Rizal
“Apa maksud lu? emang penyakitnya itu parah?”
“Datang dan liat sendiri keadaan Ita sekarang. Sebelum lu menyesal selamanya” ucap Rizal sebelum mengakhiri teleponnya.
* * *
Beberapa hari setelah telepon itu, Dito mengabari Rizal kalau dia akan ke Bogor untuk menemui Ita. Rizal yang mendapat kabar menggembirakan itu langsung menemui Ita. Tapi sayangnya Ita sedang tidur saat itu. Rizal hanya bisa menunggu, sampai Dito tiba di Bogor dua hari lagi.
Hari itu akhirnya tiba juga. Dito, orang yang selama ini di tunggu kedatangannya oleh Ita dan Rizal akhirnya datang. Dia meminta Rizal mengantarkannya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dito terdiam melihat keadaan gadis yang ada di kamar rawat itu. Sosok yang selama ini tidak pernah di jumpainya, kini dilihatnya dengan kondisi yang memprihatinkan. Selang infus terpasang di tangannya, matanya terpejam, tapi di kedua telinganya terpasang headset agar Ita bisa selalu mendengarkan lagu musik yang bisa menenangkan.
“Dia lagi tidur. Tunggu aja, bentar lagi juga dia bangun” ucap Rizal yang berdiri di belakang Dito.
“Sudah berapa lama dia kaya gini?” tanya Dito, dia mulai berjalan mendekati tempat tidur Ita.
“Ampir satu bulan dia terbaring di tempat tidur . Sekarang coba lu dengar lagu yang sedang di dengerin Ita” ucap Rizal sambil melepas satu headset itu dan memberikannya pada Dito.
Dito terkejut ketika mendengar lagu itu, lagu yang pernah dia ciptakan untuk Ita dulu. Dia tidak menyangka gadis itu masih menyimpan rekaman lagu itu. Kedua matanya menatap wajah Ita yang tertidur.
“Itu yang buat Ita bisa bertahan selama ini. Itu yang dia lakukan kalo lagi kangen sama lu. Suara lu yang sangat dia kangenin” ucap Rizal
Dito yang masih merasa terkejut perlahan memegang tangan Ita, kedua matanya tak lepas dari wajah Ita. Terlihat masih ada kasih sayang yang dalam dari tatapan itu. Tiba-tiba tangan yang di pegang Dito bergerak, Ita bangun dari tidurnya. Dan dia terkejut ketika ada seorang cowok duduk di sampinya sambil memegang tangannya.
“Tenang, Ta. ada Dito” ucap Rizal.
“Dito? Kenapa bisa ada disini?” tanya Ita yang masih terkejut.
“Maaf, ya. gw yang nelpon dia dan meminta dia untuk datang menjenguk lu. Karena aku nggak tega negliat lu kaya ini terus.”
“Kenapa kamu bisa sampai kayak gini? Kenapa kamu nggak menjaga kesehatanmu?” tanya Dito yang masih tetap menatap wajah Ita.
“Itu bukan urusanmu” sahut Ita sambil melepaskan genggaman Dito.
“Waktu itu kamu kan udah janji, bisa terima keputusanku untuk mengakhiri hubungan kita, dan berjanji akan baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang kamu kayak gini?”
Ita hanya diam dan memalingkan wajahnya dari Dito. Sementara Rizal masih terus berbicara pada Ita. Rizal yang melihat itu hanya berharap keadaan Ita akan membaik setelah bertemu Dito. Dan ternyata benar, setelah berdebat cukup lama akhirnya Ita dan Dito mulai akrab kembali. Wajah Ita yang tadinya pucat juga mulai berubah cerah.
Pertemuan antara Ita dan Dito terus berlangsung selama seminggu, dan selama itu keadaan Ita berangsur membaik. Suatu hari, Ita ingin pergi ke pantai bersama Dito, dia ingin melihat sunset bersama orang yang di cintainya. Walaupun awalnya dokter, orang tua Ita, dan Dito tidak setuju, tapi demi kesembuhan Ita, akhirnya mereka menyetujui permintaan Ita itu. Dan pergilah mereka berdua ke pantai untuk melihat sunset.
Di pantai itu, Dito menyanyikan lagu yang baru di buatnya untuk Ita. Lagu yang liriknya adalah ciptaan Ita, dulu dia pernah meminta Dito untuk menciptakan lagu dari lirik yang dibuatnya. Dan kini lagu itu telah selesai dan Dito menyanyikannya secara langsung untuk Ita.
Keadaan yang sangat romantis itu membuat Ita bahagia. Berkali-kali dia tersenyum dan tertawa saat bersama Dito. Kebahagiaan yang entah akan bertahan sampai kapan.
“Aku bahagia banget hari ini, karena bisa pergi sama kamu, tertawa dan melihat sunset bersama kamu. Dan yang lebih membahagiakan, aku bisa mendengar lagu itu secara langsung” ucap Ita sambil memandang langit.
“Aku juga senang bisa jalan sama kamu. Makanya kamu harus cepat sembuh, nanti kita bisa jalan-jalan lagi” sahut Dito.
“Iya. Rasanya aku nggak ingin ini berakhir, aku ingin terus bersama kamu. Bahagia seperti ini.”
Dito hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Ita. Lalu mencium kening Ita dengan lembut. Ita yang terkejut hanya bisa menatap Dito, lalu tersenyum.
“Aku sayang kamu. Cepat sembuh, ya” ucap Dito.
Air mata mengalir dari mata Ita. Suasana mengharukan itu terlihat sangat membahagiakan. Setelah itu mereka kembali ke rumah sakit karena Ita masih harus di rawat.
* * *
Sebuah kabar mengejutkan membuat Dito dan Rizal datang ke rumah sakit lebih pagi dari biasanya. Keadaan Ita yang belakangan ini mulai membaik, tiba-tiba drop. Semua dokter dan perawat sibuk mengatasi keadaan itu. Sedangkan Dito, Rizal dan keluarga Ita hanya bisa menunggu dan berdoa dari luar ruang ICU.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter membolehkan mereka untuk masuk ruangan itu dan melihat kondisi Ita yang sudah sadar. Wajah gadis itu semakin pucat dan tubuhnya dingin. Tapi dia masih tersenyum saat melihat keluarga dan dua orang yang berharga baginya itu masuk ke kamarnya.
“Kamu nggak apa-apa kan, sayang?” tanya orang tua Ita.
“Aku baik-baik aja kok, Bu” sahut Ita yang masih lemah.
“Dito, aku mau mendengar kamu menyanyi. Tolong nyanyikan lagu itu sekarang. Aku mau dengar” ucap Ita dengan suara yang hampir seperti bisikan.
“Nanti saja, sekarang kamu istirahat dulu” sahut Dito.
“Aku mau mendengarnya sekarang. Aku lelah, ingin istirahat. Aku ingin mendengar lagu itu untuk menemani tidurku.”
“Nyanyikan saja” ucap Ibu Ita.
Akhirnya Dito menyanyikan lagu yang ingin di dengar Ita itu. Tangannya menggenggam tangan Ita yang dingin, Ita juga menggenggamnya dengan erat seperti tak mau lepas lagi. Perlahan matanya terpejam dan akirnya dia tertidur. Tapi bukan tidur biasa, karena monitor yang menunjukkan gerakan jantung Ita perlahan berhenti, hingga akhirnya sebuah garis muncul di monitor itu. Dan tak ada lagi pergerakan grafik detak jantung Ita. Dito yang dari tadi menggenggam tangan Ita merasa tangan Ita perlahan melepas genggamannya.
Mereka terus memanggil Ita, tapi dia tidak juga membuka matanya. Dokter juga sudah mengatakan kalau Ita telah pergi untuk selamanya. Air mata seperti tak bisa berhenti mengalir dari mata keluarga, Rizal dan Dito. Mereka tidak menyangka, Ita yang mereka kira akan segera sembuh ternyata meninggalkan mereka secepat itu.
Begitu juga Dito, dia tidak mengira kalau lagu yang dia nyanyikan itu adalah lagu terakhir untuk Ita. Sebelum wajah Ita di tutupi kain putih, Dito mencium kening gadis yang pernah di cintainya itu dengan lembut.
“Selamat jalan, sayang. Maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Semoga kau tenang disana.”
Pesan:
Jadi teman-teman jangan pernah menyianyiakan orang yang sudah pasti sayang sama kita, atau kita akan menyesal di kemudian hari :D

6 tahun sudah
BalasHapus